Menyusun Studi Kelayakan Proyek dari Nol hingga Siap Presentasi

Dalam dunia bisnis dan investasi, ide yang bagus saja tidak cukup. Banyak proyek gagal bukan karena idenya buruk, tetapi karena kurangnya perencanaan dan analisis yang matang sebelum proyek dijalankan. Di sinilah peran studi kelayakan (feasibility study / FS) menjadi sangat krusial. Studi kelayakan membantu pengambil keputusan memahami apakah sebuah proyek layak dijalankan, ditunda, dimodifikasi, atau bahkan dibatalkan.

Artikel ini membahas langkah-langkah menyusun studi kelayakan proyek dari nol hingga siap dipresentasikan kepada investor, manajemen, atau lembaga pendanaan.

1. Memahami Tujuan Studi Kelayakan

Langkah pertama dalam menyusun studi kelayakan adalah memahami secara jelas tujuan proyek. Pertanyaan mendasar yang harus dijawab antara lain:

  • Apa tujuan utama proyek ini?
  • Masalah apa yang ingin diselesaikan?
  • Peluang apa yang ingin dimanfaatkan?
  • Siapa pihak yang diuntungkan oleh proyek ini?

Sebagai contoh, sebuah perusahaan perkebunan ingin membuka lahan baru seluas 2.000 hektare. Tujuan proyeknya bisa berupa peningkatan kapasitas produksi CPO sebesar 25% dalam 5 tahun ke depan. Tujuan ini akan menjadi dasar seluruh analisis yang dilakukan selanjutnya.

Tanpa tujuan yang jelas, studi kelayakan akan kehilangan arah dan sulit menghasilkan rekomendasi yang bisa diandalkan.

2. Identifikasi Ruang Lingkup Proyek

Setelah tujuan ditetapkan, langkah berikutnya adalah menentukan ruang lingkup (scope of work). Ruang lingkup ini menjelaskan batasan dan cakupan proyek seperti:

  • Lokasi proyek
  • Skala atau kapasitas produksi
  • Jangka waktu proyek
  • Jenis produk atau layanan
  • Teknologi yang digunakan
  • Pihak-pihak yang terlibat

Ruang lingkup berfungsi sebagai “pagar” agar analisis tetap fokus dan tidak melebar ke luar batas yang tidak relevan. Dalam studi kelayakan profesional, bagian ini biasanya dimasukkan dalam bab pendahuluan atau deskripsi proyek.

3. Analisis Pasar dan Pemasaran

Salah satu kesalahan fatal dalam proyek bisnis adalah membangun sesuatu yang tidak dibutuhkan pasar. Maka, analisis pasar menjadi komponen utama dalam studi kelayakan.

Beberapa aspek yang dianalisis:

  • Ukuran pasar (market size)
  • Pertumbuhan permintaan (market growth)
  • Segmentasi pasar
  • Perilaku konsumen
  • Tren industri
  • Analisis pesaing (competitor analysis)
  • Potensi pangsa pasar (market share)

Analisis ini menjawab pertanyaan:
“Apakah ada pasar yang cukup besar dan berkelanjutan untuk menyerap produk atau jasa proyek ini?”

Hasil analisis pasar biasanya diperkuat dengan data sekunder (laporan industri, BPS, asosiasi, jurnal) dan jika memungkinkan ditambah data primer melalui survei atau wawancara.

4. Analisis Teknis dan Operasional

Analisis teknis bertujuan untuk menilai apakah proyek bisa dilaksanakan secara fisik dan teknis. Hal-hal yang dikaji meliputi:

  • Ketersediaan lahan dan lokasi
  • Akses infrastruktur (jalan, listrik, air, internet)
  • Ketersediaan bahan baku
  • Teknologi yang digunakan
  • Layout dan desain fasilitas
  • Kapasitas mesin dan peralatan
  • Kebutuhan SDM

Di tahap ini, biasanya dibuat gambaran awal seperti:

  • Layout pabrik / lokasi proyek
  • Alur proses produksi (flow process)
  • Spesifikasi utama peralatan

Analisis teknis menjawab pertanyaan:
“Apakah proyek ini bisa diwujudkan secara teknis dan operasional?”

5. Analisis Manajemen dan Organisasi

Sumber daya manusia adalah faktor kunci keberhasilan proyek. Maka, struktur organisasi dan manajemen operasional harus dianalisis sejak awal.

Beberapa poin penting:

  • Struktur organisasi proyek dan operasional
  • Kualifikasi manajemen dan tenaga kerja
  • Jumlah kebutuhan tenaga kerja
  • Sistem penggajian
  • Sistem pelatihan dan pengembangan

Investor biasanya sangat memperhatikan siapa yang akan menjalankan proyek. Tim yang kuat dan kompeten bisa meningkatkan tingkat kepercayaan dan kelayakan proyek.

6. Analisis Hukum dan Perizinan

Aspek legal sering dianggap sepele, padahal bisa menjadi sumber kegagalan proyek. Studi kelayakan harus memuat:

  • Status kepemilikan lahan
  • Kesesuaian tata ruang (RTRW)
  • Izin lokasi
  • Izin usaha
  • Izin lingkungan (AMDAL/UKL-UPL)
  • Peraturan pemerintah terkait sektor usaha

Analisis ini menjawab pertanyaan:
“Apakah proyek ini sah dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku?”

Jika ditemukan hambatan regulasi, hal ini harus dicatat sebagai risiko dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

7. Analisis Finansial

Ini adalah bagian paling krusial dan sering menjadi titik fokus utama investor. Analisis finansial memproyeksikan kinerja keuangan proyek dalam jangka waktu tertentu (biasanya 5–20 tahun).

Komponen utama:

  • Estimasi investasi awal (CAPEX)
  • Biaya operasional (OPEX)
  • Proyeksi pendapatan
  • Laba rugi (Profit & Loss)
  • Arus kas (Cash Flow)
  • Neraca (Balance Sheet)
  • Analisis indikator kelayakan:
    • Net Present Value (NPV)
    • Internal Rate of Return (IRR)
    • Payback Period (PP)
    • Profitability Index (PI)
    • Break Even Point (BEP)

Jika NPV positif, IRR lebih besar dari biaya modal, dan periode pengembalian masuk akal, maka secara finansial proyek dinilai layak.

8. Analisis Risiko dan Sensitivitas

Setiap proyek memiliki risiko. Dalam studi kelayakan, risiko harus diidentifikasi dan dianalisis sejak dini, misalnya:

  • Risiko kenaikan biaya bahan baku
  • Risiko turunnya harga jual
  • Risiko keterlambatan proyek
  • Risiko regulasi dan politik
  • Risiko bencana alam
  • Risiko teknologi

Selain itu dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat dampak perubahan variabel utama seperti:

  • Jika biaya naik 10–20%
  • Jika pendapatan turun 10–30%
  • Jika terjadi keterlambatan operasional

Analisis ini membantu mengetahui seberapa “tangguh” proyek terhadap perubahan kondisi.

9. Menyusun Kesimpulan dan Rekomendasi

Bagian ini adalah ringkasan inti dari seluruh studi kelayakan. Di sini dirumuskan:

  • Apakah proyek layak atau tidak layak
  • Faktor pendukung utama
  • Risiko terbesar
  • Saran strategi pelaksanaan
  • Alternatif atau opsi (go / no-go / revise)

Kesimpulan harus objektif, berbasis data, dan mudah dipahami oleh pengambil keputusan.

10. Menyiapkan Studi Kelayakan untuk Presentasi

Studi kelayakan yang baik harus bisa dikomunikasikan dengan baik. Maka, setelah dokumen selesai, perlu dibuat versi presentasi (PowerPoint / Pitch Deck) yang berisi:

  • Ringkasan eksekutif
  • Gambaran proyek
  • Hasil analisis pasar
  • Hasil analisis teknis
  • Ringkasan analisis finansial
  • Risiko dan mitigasi
  • Kesimpulan & rekomendasi investasi

Gunakan visual seperti grafik, tabel, diagram alur, dan peta lokasi agar pesan lebih mudah dipahami dan meyakinkan.

Penutup

Studi kelayakan bukan sekadar formalitas, melainkan fondasi penting sebelum sebuah proyek dijalankan. Dengan melakukan analisis menyeluruh dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, finansial, hingga risiko, Anda meminimalkan kemungkinan kegagalan dan meningkatkan peluang keberhasilan proyek.

Menyusun studi kelayakan yang baik membutuhkan ketelitian, data yang valid, dan pemahaman lintas disiplin. Namun, hasilnya akan menjadi dokumen strategis yang sangat bernilai—baik untuk internal perusahaan maupun untuk menarik kepercayaan investor dan lembaga pendanaan.

Proyek yang hebat selalu dimulai dari studi kelayakan yang kuat.
Dan keputusan yang besar selalu didasarkan pada analisis yang matang.

PT Tribuana Mulia Investama sebagai Perusahaan Jasa Konsultan Keuangan, Manajemen, Bisnis dan Investasi memberikan layanan Jasa Pembuatan Studi Kelayakan (Feasibility Study) yang dibutuhkan sebuah perusahaan untuk terus bertumbuh dan berkembang.